Cegah Karhutla, Pemkab Hadirkan Praktisi dari Belanda

Teks foto
KICK OFF : Bupati Ketapang, Martin Rantan, menghadiri dan membuka kegiatan Kick-Off Meeting Program ComPeat, Senin (2/9).

KETAPANG, MENITNEWS.id – Bupati Ketapang, Martin Rantan, membuka kegiatan Kick-Off Meeting Program Community-Based Peat Forest Management Indonesia (ComPeat) di Ruang Rapat Utama Kantor Bupati Ketapang, Senin (2/9).

“Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), khususnya di lahan gambut, berdampak buruk pada kesehatan, ekonomi masyarakat sekitar dan keanekaragaman hayati. Tidak hanya itu, Karhutla juga akan meningkatkan emisi gas rumah kaca,” kata Martin.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Tropenbos Indonesia berkolaborasi dengan Sekber PSDA serta Pemerintah Kabupaten Ketapang ini juga menghadirkan praktisi dari Belanda. Tujuan kedatangan para praktisi ini dan tergabung dalam program ini adalah untuk menyambut kerja sama yang sudah dimulai oleh Pemerintah Kabupaten Ketapang, yakni dalam upaya pencegahan Karhutla berbasis tata kelola hidrologi gambut Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan Sungai Kepulu-Pesaguan.

Martin menjelaskan, Program Community-Based Peat Forest Management Indonesia merupakan kolaborasi antara universitas di Belanda (Van Hall Larenstein University, Inholland University dan Aeres University) dan Universitas Tanjungpura yang melibatkan para pemangku kepentingan daerah untuk mendiskusikan program pengelolaan hutan gambut berkelanjutan.

Dia menyambut baik dan mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam mendukung program pengelolaan hutan gambut yang ada di Kabupaten Ketapang.

“Ini dapat menjadi sarana untuk menyediakan akses pengetahuan dari para ahli, serta menyediakan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat lokal dalam mengelola dan melindungi hutan gambut di Kabupaten Ketapang,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, Kabupaten Ketapang memiliki lahan gambut yang cukup luas. Beberapa di antaranya telah memperoleh izin Hutan Desa (HD), seperti HD Sungai Pelang, HD Sungai Besar dan HD Pematang Gadung yang berada di kawasan hidrologis gambut Sungai Pawan-Sungai Kepulu dan Sungai Kepulu-Pesaguan.

Menurutnya, keberadaan hutan gambut ini memberikan berbagai kebermanfaatan. Tidak hanya untuk masyarakat lokal, namun memiliki fungsi yang penting untuk keanekaragaman hayati. “Di sisi lain, kondisi ini sangat berpotensi menimbulkan kebakaran hutan karena jenis tanah ini sangat mudah terbakar,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, Martin berharap seluruh peserta dapat mengikuti dan menyimak kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, sehingga akan diperoleh pemahaman tentang apa dan bagaimana semestinya pengelolaan lahan gambut yang baik dan benar.

“Semoga hasil dari program ini kedepannya dapat menjadi pedoman untuk pemanfaatan hutan gambut secara berkelanjutan dalam meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan ekologi hutan gambut yang ada di Kabupaten Ketapang serta dapat menjadi contoh bagi kawasan gambut lainnya di Provinsi Kalimantan Barat,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait